SOFTSKILL
MASALAH EKONOMI DI INDONESIA
“Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi”
Disusun oleh:
Kelompok 3
Nama NPM
1. Annisa Hani Utami 20212960
2. Dody
Sepriandi 22212246
3. Intan Rismar Masyitoh 23212754
4. Melinda Chelviana 24212541
Kelas : 4EB22
Dosen : Dini Andriani
UNIVERSITAS GUNADARMA
EKONOMI/AKUNTANSI
2016
Permasalahan ekonomi yang terjadi di suatu negara
dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia permasalahan ekonomi
dapat menghambat terwujudnya dan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi di Indonesia
sangatlah tidak stabil, yang berarti ekonomi di Indonesia sering naik turun.
Tidak stabil bisa dikarenakan oleh banyak hal, contohnya saja karena adanya
bencana alam, kekeringan, gunung meletus, kerusuhan, boikot, dan penyakit yang
sering terjadi pada hewan ternak. Faktor luar juga sangat mempengaruhi ekonomi
di Indonesia, contohnya naiknya harga minyak dunia.
Permasalahan
ekonomi tidak hanya meliputi masalah-masalah mikro seperti kekakuan harga,
monopoli dan eksternalitas yang memerlukan intervensi pemerintah. Permasalahan
ekonomi juga terjadi dalam lingkup ekonomi makro yang memerlukan kebijakan
pemerintah. Permasalahan ekonomi makro Indonesia dalam membangun negara
sebenarnya tidak hanya sebatas itu. Inflasi yang tidak terkendali, ketergantungan
terhadap impor dan utang luar negeri merupakan beberapa masalah pemerintah
dalam bidang ekonomi makro. Salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia
adalah rendahnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara
merupakan salah satu indikasi yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
pembangunan negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui tingkat
produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan selama satu periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala
masalah modal dan investasi. Indonesia masih bergantung pada modal dari
investasi pihak asing untuk menunjang kegiatan ekonominya. Lambatnya
pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi naiknya harga minyak dunia. Kenaikan harga
minyak dunia merupakan akibat langkanya minyak mentah. Kelangkaan disebabkan
menipisnya cadangan minyak serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga
minyak menyebabkan harga barang pokok lain ikut naik. Akibatnya, daya beli
masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan ekonomi masyarakat.
v Faktor yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor penting yang dianggap berpengaruh
cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu Negara diantaranya, tanah dan
kekayaan alam, kualitas tenaga kerja dan penduduk, barang modal dan teknologi,
serta sistem dan sikap masyarakat. Pertumbuhan ekonomi menjelaskan perkembangan
ekonomi, kemajuan ekonomi, kesejahteraan ekonomi, dan perubahan fundamental
ekonomi suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan
pertambahan pendapatan nasional agregatif atau pertambahan output serta
merepresentasikan adanya peningkatan kapitas produksi barang dan jasa secara
fisik dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah:
1. Tanah
dan kekayaan alam
2. Mutu
tenaga kerja dan penduduk
3. Barang
modal dan tingkat teknologi
4. Sistem
sosial dan sikap masyarakat
Komponen penyumbang ekonomi kuartal 1 yang hanya
tumbuh 47 persen ialah belanja pemerintah yang belum maksimal rendahnya tingkat
konsumsi masyarakat dan pelemahan kinerja ekspor impor. Badan Pusat Statistik
mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2015 hanya 4,7 persen, masih jauh untuk
menggapai target yang tercantum dalam APBN-P sebesar 5,7 persen sepanjang tahun
ini. Di antara penyebabnya adalah rendahnya pertumbuhan konsumsi
masyarakat, kinerja ekspor-impor yang buruk, dan belanja pemerintah
yang terhambat. Belanja pemerintah terutama yang dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur belum sepenuhnya bisa
digunakan. Penyebabnya, terdapat revisi APBN-P di
akhir 2014 dan perubahan nomenklatur beberapa kementerian yang belum
selesai. Contohnya seperti yang dialami oleh kementerian PU-Pera.
Kementerian ini memiliki alokasi anggaran
terbesar dalam APBN-P 2015 yaitu Rp 119 triliun. Namun, hingga
kuartal 1 2015 hanya terealisasi 1,7%, setara Rp 2,02
triliun. Komponen lain yang menyebabkan perlambatan ekonomi ialah
rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Kondisi ini merupakan efek domino
dari perubahan harga bahan bakar minyak. Sehingga menyebabkan
harga terdaftar seperti tarif listrik dan LPG yang tidak stabil.
Selain itu, tingkat konsumsi melemah juga disebabkan oleh distribusi
pasokan barang yang tidak merata.
Sebab lainya, kinerja ekspor-impor yang melambat. Sekilas kinerja terlihat baik
sebab terjadi surplus Rp 2,6 triliun. Namun, angka ini tidak berasal dari
kinerja ekspor yang menguat, melainkan penurunan impor hingga 17,8 persen
dibanding periode sama tahun lalu. Dimana penurunan terbesar disumbang oleh
impor bahan baku (-16%) dan barang modal (-10%).
ARTIKEL
Di Balik Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi
Senin, 11 Mei 2015, 15:00 WIB
Pertumbuhan
ekonomi triwulan I 2015 tercatat 4,71 persen (year on year/yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya, 5,02 persen (yoy). Melemahnya ini
sejalan dengan berbagai indikator yang memang melemah dalam beberapa bulan
terakhir. Pelemahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 terutama didorong
melemahnya kinerja konsumsi pemerintah dan investasi. Pelemahan pada
konsumsi pemerintah terjadi akibat belum optimalnya penyerapan belanja. Pada
investasi, pelemahan diakibatkan masih adanya sikap wait and see sektor swasta dan belum berjalannya proyek-proyek
pemerintah. Anggaran belanja infrastruktur pada 2015 sebesar Rp 290 triliun
baru dibelanjakan hanya sekitar Rp 7 triliun.
Di
sisi eksternal, kinerja ekspor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan dan
turunnya harga komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami
penurunan cukup dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan
domestik. Sejumlah pejabat resmi (pemerintah dan otoritas moneter) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi akan mulai meningkat pada triwulan II 2015.
Penyebabnya, pengeluaran pemerintah, terutama belanja modal pemerintah pada
proyek-proyek infrastruktur, diperkirakan meningkat mulai triwulan II 2015 dan
seterusnya. Namun, saya melihat bahwa risiko tidak tercapainya pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,7 persen masih sangat besar. Mengapa ? Analisis berikut akan
menjelaskannya.
***
Pada
15 April lalu, IMF kembali merilis proyeksi ekonomi dunia. Dalam outlook-nya,
IMF memproyeksikan ekonomi dunia 2015 akan tumbuh 3,5 persen, tidak berubah
dibanding proyeksi yang dibuat pada Januari 2015. Faktor harga minyak dan nilai
tukar masih akan tetap menentukan perkembangan ekonomi Indonesia ke depan.
Dalam outlook-nya, IMF masih memproyeksikan pada 2015 ini ekonomi Indonesia tumbuh
5,2 persen tidak berubah dibanding outlook-nya pada Januari lalu. Namun, dalam
outlook-nya, IMF menuntut agar Indonesia memperkuat kredibilitas kebijakan
makro ekonomi dan makroprudensialnya agar mampu mengendalikan pergerakan nilai
tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar rupiah memang cukup
berpengaruh terhadap perekonomian nasional.
Turunnya
harga minyak turut membantu neraca perdagangan Indonesia. Kinerja neraca
perdagangan Indonesia Januari-Maret 2015 mencatatkan surplus 2,43 miliar dolar
AS, meningkat 129 persen dibanding periode yang sama 2014 yang surplus sebesar
1,06 miliar dolar AS. Peningkatan kinerja neraca perdagangan ini terutama
berasal dari menurunnya impor migas dari sebesar 11,0 miliar dolar AS pada
periode Januari-Maret 2014 menjadi sebesar 6,1 miliar dolar AS. Tidak dapat
dielakkan bahwa rendahnya harga minyak berada di balik turunnya impor migas
tersebut. Sayangnya, pelemahan nilai tukar rupiah tidak cukup membantu
memperbaiki kinerja neraca perdagangan Indonesia.
Ekspor
Indonesia Januari-Maret 2015 mencapai 39,13 miliar dolar AS, turun dibanding
periode yang sama 2014 yang mencapai 44,29 miliar dolar AS. Secara normatif,
pelemahan nilai tukar rupiah seharusnya meningkatkan ekspor. Namun yang
terjadi, pelemahan rupiah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal karena
permintaan yang berkurang dan harganya jatuh. Akibatnya, pengaruh positif dari
pelemahan rupiah ini tidak terlalu kuat dibanding dengan turunnya permintaan
dan jatuhnya harga.
Secara
mikro dampak pelemahan nilai tukar rupiah dan harga minyak ini juga sudah
terlihat. Beberapa perusahaan (terutama BUMN) yang bergerak di sektor energi
sangat tertekan kinerjanya. Turunnya harga minyak (termasuk gas dan batu bara)
telah menyebabkan kinerja ekspor dan penjualan mereka tertekan. Di sisi lain,
pelemahan nilai tukar rupiah telah menyebabkan mereka mengalami kerugian
signifikan akibat selisih kurs.
Berbagai
kondisi inilah yang menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015
tidak akan mencapai seperti ekspektasi pemerintah. Terlebih lagi, perekonomian
kita masih menghadapi masalah struktural yang belum kunjung terpecahkan. Joseph
E Stiglitz, pemenang Nobel ekonomi belum lama ini, mengatakan, "You will have stronger growth if you reduce
inequality". Itu artinya, dengan tingkat rasio ketimpangan (Gini
ratio) sebesar 0,41 (terburuk sejak Indonesia merdeka), memang sulit kita
berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tinggi.
v Menurut
kelompok kami mengenai artikel dengan topik rendahnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
hasilnya adalah
Pelemahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015
terutama didorong melemahnya kinerja konsumsi pemerintah dan
investasi. Pelemahan pada konsumsi pemerintah terjadi akibat belum
optimalnya penyerapan belanja. Pada investasi, pelemahan diakibatkan masih
adanya sikap wait and see sektor
swasta dan belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Di sisi eksternal,
kinerja ekspor menurun sejalan dengan lemahnya permintaan dan turunnya harga
komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami penurunan cukup
dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan domestik. Turunnya
harga minyak (termasuk gas dan batu bara) telah menyebabkan kinerja ekspor dan
penjualan mereka tertekan. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah telah
menyebabkan mereka mengalami kerugian signifikan akibat selisih kurs. Berbagai
kondisi inilah yang menyebabkan outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015
tidak akan mencapai seperti ekspektasi pemerintah. Cara mengatasi masalah
pertumbuhan & pembangunan ekonomi di indonesia
1.
Meningkatkan mutu
pendidikan yang layak kepada masyarakat.
2.
Pemberantasan Korupsi
3.
Membuka usaha
mandiri
4.
Mengatasi pengangguran
IMF menuntut agar Indonesia memperkuat kredibilitas
kebijakan makro ekonomi dan makro prudensialnya agar mampu mengendalikan
pergerakan nilai tukar rupiah. Kinerja harga minyak dan nilai tukar
rupiah cukup berpengaruh terhadap perekonomian nasional serta turunnya harga
minyak turut membantu neraca perdagangan Indonesia.
Referensi :