Nama : Annisa Hani Utami
Kelas :
1EB24
NPM :
20212960
PERSAINGAN HARGA PRODUK DALAM NEGERI
VERSUS HARGA PRODUK LUAR NEGERI DILIHAT DARI TINGGINYA BIAYA PRODUKSI.
“Harga Buah
Impor dan Buah Lokal”
Tulisan 2
I.Abstraksi
Bagi konsumen, buah-buahan merupakan
komoditas pangan yang paling sering di konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber
vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menjaga kebugaran dan kesehatan konsumen. Karena
begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka komoditas
ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan dianjurkan
untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan harus
tersedia di pasar.
Sebelum adanya pengurangan pemasok
buah-buahan impor, 25 % responden mengkonsumsi buah impor. Selama adanya
pengurangan pemasok buah-buahan impor, jumlah konsumen yang masih mengkonsumsi
buah impor turun menjadi 4%. Pada masa
itu, harga buah Impor menjadi mahal . selain itu daya beli konsumen relative
tetap bahkan menurun. Inilah yang menyebabkan konsumen beralih kepada buah
lokal dengan mengurangi konsumsi buah impor. Krisis ini tidak menyebabkan
konsumen menghentikan konsumsi buah-buahan. Yang terjadi adalah konsumen
beralih mengkonsumsi buah lokal. Buah lokal merupakan buah substitusi bagi buah
impor. Selama krisis ini, harga buah lokal juga cenderung naik, namun kenaikan
harganya tidak sebesar harga buah impor. Data ini juga membawa implikasi
penting yaitu buah-buahan masih tetap dikonsumsi oleh konsumen. Ini menunjukkan arti penting
buah-buahan bagi konsumen.
Diterapkan
sejak Januari 2013, dampaknya di ritel makin terasa. Buah impor makin sulit
ditemui, dan seperti prinsip ekonomi lainnya, begitu pasokan berkurang, harga
makin meningkat.
Sebagai
konsumen buah impor, awalnya saya bertanya-tanya mengapa makin sulit menemukan
buah-buahan tersebut. Setiap hari, kami mengonsumsi buah dalam bentuk jus untuk
anak-anak, dan potongan untuk dibawa ke kantor. Buah juga harus selalu ada
sebagai cemilan sehat saat mulut sedang iseng ingin mengunyah.
Masalah
pertama, buahnya sudah tidak ada. Buah impor menjadi pilihan karena harganya
yang terjangkau, lebih manis dari buah lokal, tingkat kemanisan yang standar,
selalu ada, dan lebih besar. Memang kalau dihitung per kilogram lebih mahal
dari buah lokal, namun lebih praktis karena tak perlu mengupas lebih banyak
buah.
Masalah
kedua, jika ada, harganya mahal. Harga yang saya temui di tingkat ritel telah
meningkat seratus persen. Cukup membuat saya terpekur lama di depan lemari
pendingin, mempertimbangkan jadi beli ngga ya.
Bagaimanapun,
toh kami harus tetap mengonsumsi buah. Sehingga mau tidak mau akhirnya ada
beberapa buah yang harus disubtitusi. Apel diganti pir yang masih murah, atau
apel malang. Jeruk ponkan diganti jeruk pacitan. Anggur, lupakan, karena anggur
lokal sulit juga ditemukan. Buah yang tadinya tidak masuk hitungan, sekarang
jadi pilihan. Melon, semangka dan jambu biji akhirnya menjadi alternatif
selingan.
Jika
sektor pertanian sudah merata teknologi dan pengetahuannya, seharusnya kondisi
ini sudah dengan cepat bisa mengalihkan pelanggan setia buah impor untuk
memilih buah lokal dengan senang hati, bukan karena terpaksa. Kalau sekarang
kan konsumen buah impor anggaplah sedang dalam masa menanti harga normal
kembali, meski kali ini nampaknya mustahil karena pengetatan keran impor
buah tersebut.
Kenapa
buah lokal kurang diminati? Jeruk lokal yang saya beli, sepertinya tidak ada
perubahan dari masalah-masalah sebelumnya. Warna kurang menarik, ukuran masih
imut-imut, kualitas tidak standar, demikian juga dengan rasa manis bisa
berbeda-beda. Apel yang paling banyak di pasaran adalah apel malang, yang
rasanya masih agak masam, sehingga jus untuk anak-anak harus ditambah gula.
Belum lagi masalah pasokan, yang kadang ada kadang tidak. Padahal mestinya bisa
diusahakan panen bisa berlangsung sepanjang musim, demikian juga dengan
distribusinya agar merata.
Kita
memang bisa mengharuskan konsumen untuk mencintai produk dalam negeri. Namun
jika produk kita lebih jelek, maka hal tersebut harus diakui secara jujur,
untuk kemudian mencari cara untuk memperbaikinya, melakukannya, dan terus
berinovasi dengan hasil yang didapatkan. Produk lokal, paling tidak harus
menjadi raja di negeri sendiri. Setelah itu barulah bisa percaya diri bersaing
dengan produk sejenis dari negara lain.
II.
Pendahuluan
Latar belakang
Karena
kualitas produk yang belum memenuhi standar. Jumlah dan kontinuitas tanam juga
masih belum bisa stabil memenuhi kebutuhanpasar. Di sisi lain harga di tingkat
petani sangat rendah hingga merekaenggan menanam buah. Kalangan petani apel di
Batu (Malang) Jawa Timur mencemaskankian banyaknya apel impor yang memasuki
pasaran lokal karena kondisi ini bisa mematikan pendapatan dan pengembangan
tanaman apeldidaerah tersebut. Buah apel impor berasal dari Selandia Baru,
Australiadan Amerika saat ini semakin banyak memasuki pasaran lokal dandigemari
konsumen karena rasa dan kualitas buahnya lebih baik daripada apel lokal,
kondisi ini mengancam pemasaran apel lokal, katapetani dan pedagang apel di
Batu, selasa (31/1). Harga apel lokal dijualhanya Rp. 4.000,00 hingga Rp
5.000,00 per Kg tergantung besar kecilnyabuah apel yang mereka jual. Selain
buah apel Batu juga banyakmenghasilkan berbagai jenis buah lain misalnya Jeruk,
Avokad, Nangka,dan Pisang. Di Kecamatan Bumiaji yang produktif
menghasilkanbermacam-macam buah-buahan, juga menjadi sentra produksi
JerukKeprok Batu, Jeruk Keprok Punten. Disamping pendistribusian dalambentuk
buah, beberapa produksi buah-buahan di Batu juga sudah diolah.Apel misalnya
sudah berupa Sirup, Keripik, Selai, Sari Apel, begitu juga Nangka dan Kentang
diolah menjadi Keripik. Surabaya 31 Januari 2003
Designed
and mantennace byGatra. Com. Kalangan Petani Apel di Batu, Jawa Timur.Walaupan
kondisi perdagangan buah tidak stabil dikarenakan buahlokal tidak bisa bersaing
secara baik dengan buah impor namunperdagangan buah tetap berlangsung, baik di
pasar tradisional maupundipusat perdagangan buah. Dan Di Kota Malang sendiri terdapat
banyakpusat perdagangan buah diantaranya Mahkota buah, Hypermarket(Matos),
Supermarket Hero, Supermarket Ramayana, Pasar Tradisional Jagalan, Pasar
Besar Malang, Istana Buah Malang, dan Lailai Market BuahMalang.
Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Ritel
Indonesia (Aprindo) Jawa Barat, Henry Hendarta mengatakan, saat ini pasokan
buah-buahan ke sejumlah supermarket dan hipermarket di wilayah Jawa Barat
semakin sulit. Bahkan, beberapa supermarket dan hipermarket sudah tidak lagi
menyediakan buah impor. "Memang
saat ini pasokan buah impor sudah sangat sulit, bahkan bisa dikatakan kosong,
kalaupun ada harganya sangat mahal," jelas Henry kepada wartawan, Jumat
(12/4). Dipaparkannya, kelangkaan buah impor tersebut seiring dengan pengalihan
lokasi pengiriman untuk komoditas hortikultura dan buah-buahan impor. Jika
tadinya di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, kini dialihkan ke Pelabuhan Tanjung
Perak Surabaya. Apalagi saat ini kabarnya ada sekitar 500 kontainer buah-buahan
impor yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak.
"Kondisi itu membuat suplai buah-buahan impor menjadi tersendat,
sehingga semakin langka," jelasnya. Kelangkaan buah impor sendiri sudah
terjadi dalam 2-3 minggu terakhir. Bahkan persediaan buah-buahan di beberapa
supermarket dan hipermarket sudah tidak ada. Kalaupun ada harganya menjadi
tinggi. Seperti buah apel yang tadinya Rp 30.000/kg kini sudah mencapai Rp
75.000/kg. Begitu juga dengan anggur, dari Rp 30.000/kg kini di atas Rp
50.000/kg. "Buah pir dan jeruk juga sama, naiknya tinggi. Rata-rata saat
ini buah impor harganya naik 100 persen," jelasnya. Kelangkaan dan
tingginya harga buah-buahan impor ini sangat berpengaruh terhadap produk
buah-buahan lokal. Harga buah-buahan lokal ikut terdongkrak dan mengalami
kenaikan cukup signifikan. "Tidak
hanya dari sisi harga, permintaan buah lokal pun ikut meningkat, karena
kebutuhan buah-buahan terpenuhi oleh produk lokal," jelasnya. Menurutnya, kelangkaan buah-buahan impor
sendiri memang sempat dikeluhkan konsumen. Terlebih permintaan buah impor sangat
tinggi. Namun hal ini tidak terlalu bermasalah seiring dengan banyaknya
persediaan buah-buahan lokal. "Sekarang ini permintaan untuk buah-buahan
lokal sangat tinggi dan itu sangat positif dalam penguatan produk lokal. Tetapi
harus dijaga kesinambungannya oleh pemerintah," katanya.
III.
Landasan Teori
Buah-buahan merupakan sumber vitamin
dan mineral yang sangat penting untuk menjaga
kebugaran dan kesehatan konsumen. Memuaskan pelanggan
adalah merupakan kunci sukses dalam melaksanakan bisnis. Berbagai tanggapan
dari pelanggan perlu diterima sebagai masukan yang berharga bagi pengembangan
dan penyusunan strategi perusahaan berikutnya. Oleh karena itu permasar
harusmengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan, dengancara
mempelajari bagaimana persepsi dan preferensi dari perilakupelangganya. Namun
tidak mudah bagi pemasar untuk mengenal watakdan perilaku dari pelangganya,
karena itu bisa jadi apa yang diungkapkan itu bertolak belakang dari yang
sebenarnya. Untuk itu perusahaan dituntut untuk terus melakukan riset terhadap
konsumennya. Pemantauantersebut bukan hanya dilihat sebelum pembelian yaitu
factor-faktor apayang mempengaruhi konsumen membeli produk (intern dan
ekstern),namun juga memperhatikan bagaimana kesudahanya dalam pembeliantersebut
sangat penting untuk dapat mempertahankan pelanggan
Riset pasar adalah kegiatan untuk
memperoleh informasi mengenai konsumen, produk, pangsa pasar, pesaing yang
dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah. Dapat dilihat dari riset pasar yang
sangat penting adalah mengetahui perilaku konsumen berbagai barang dan jasa.
Bagi konsumen, buah-buahan merupakan komoditas pangan yang paling sering di
konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting
untuk menjaga kebugaran dan kesehatan konsumen.
Karena begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka
komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan
dianjurkan untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan
harus tersedia di pasar.
IV.Pembahasan
Prilaku
Konsumsi dan Pembeli Buah-Buahan
Riset pasar adalah kegiatan untuk
memperoleh informasi mengenai konsumen, produk, pangsa pasar, pesaing yang
dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah. Dapat dilihat dari riset pasar yang
sangat penting adalah mengetahui perilaku konsumen berbagai barang dan jasa.
Bagi konsumen, buah-buahan merupakan komoditas pangan yang paling sering di
konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting
untuk menjaga kebugaran dan kesehatan konsumen.
Karena begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka
komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan
dianjurkan untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan
harus tersedia di pasar.
Sebelum adanya pengurangan pemasok
buah-buahan impor, 25 % responden mengkonsumsi buah impor. Selama adanya
pengurangan pemasok buah-buahan impor, jumlah konsumen yang masih mengkonsumsi
buah impor turun menjadi 4%. Pada masa
itu, harga buah Impor menjadi mahal . selain itu daya beli konsumen relative
tetap bahkan menurun. Inilah yang menyebabkan konsumen beralih kepada buah
lokal dengan mengurangi konsumsi buah impor. Krisis ini tidak menyebabkan
konsumen menghentikan konsumsi buah-buahan. Yang terjadi adalah konsumen
beralih mengkonsumsi buah lokal. Buah lokal merupakan buah substitusi bagi buah
impor. Selama krisis ini, harga buah lokal juga cenderung naik, namun kenaikan
harganya tidak sebesar harga buah impor. Data ini juga membawa implikasi
penting yaitu buah-buahan masih tetap dikonsumsi oleh konsumen. Ini menunjukkan arti penting
buah-buahan bagi konsumen.
Diantara berbagai jenis buah-buahan
yang sering dikonsumsi konsumen, maka ada lima jenis buah yang popular yaitu apel,alpuket, jeruk, pepaya dan
pisang. Dari kelima jenis buah-buahan tersebut, maka apel adalah buah yang
paling berkurang dikonsumsi selama krisis. Sebelum krisis, apel yang paling
sering dikonsumsi adalah apel impor. Pada saat krisis, apel impor menjadi
semakin mahal sehingga sedikit konsumen yang masih mengkonsumsinya. Berlainan
dengan apel, mka pisang dikonsumsi oleh lebih banyak konsumen selama krisis.
Pisang lokal tersedia di hamper seluruh pasar di Indonesia dan tersedia hamper
sepanjang tahun. Jeruk dan pepayadikonsumsi oleh jumlah konsumen relatif sama
sebelum krisis dan saat krisis. Konsumen memiliki dua pilihan jeruk, lokal atau
impor. Karena itu hrga jeruk impor lebih mahal saat krisis, maka kemungkinan
sebagian konsumen beralih ke jeruk lokal selama krisis.
Berapa banyak konsumen mengkonsumsi
buah-buahan??? .. jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah penting bagi
produsen untuk memperkirakan besarnya ukuran pasar. Dari table 1 dapat dilihat
bahwa jeruk Medan adalah yang paling sering dikonsumsi . bahkan jumlah
konsumsinya adalah paling besar (1580 gram/orang/bulan) dibandingkan buah lokal
lainnya. Sedangkan jeruk Murcat adalah buah impor yang seing dikonsumsi dengan
jumlah yang paling besar pula (1708gram/orang/bulan).
Tabel 1
![](file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Diantara berbagai macam buah impor,
apel merupakan buah-buahan yang paling banyak beredar dan paling popular
dikonsumsi. Sebelum krisis terjadi, jumlah apel impor mencapai 31,5 ribu ton.
Angka ini adalah yang paling besar diantara buah impor lainnya. Jumlah impor
apel yang tinggi ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa konsumen
Indonesia menyukai apel impor. Untuk mengetahui factor apa yang menyebabkan
konsumen menyukai apel impor, peneliti melakukan survey preferensi konsumen
terhadap apel impor sebelum krisis terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
konsumen menyukai apel impor adalah karena mereka menyenangi atribut tersebut
atau karakteristik dari apel tersebut. Ke empat atribut tersebut adalah warna
apel yang berwarna merah, rasanya manis, ukurannya tersedia dalam bentuk besar
dan sedang serta buahnya relative keras. Karakteristik lainnya adalah selalu
tersedia di pasar.
Seperti kita ketahui bersama bahwa
sebelum krisis, beragam apel impor membanjiri pasar tradisional maupun
swalayan. Ini artinya pemasok apel impor sangat tinggi. Konsumen mempunyai
banyk pilihan dan dihadapkan kepada situasi kemudahan untuk memperoleh apel
tersebut. Karena yang banyak tersedia adalah apel impor, maka yang banyak
dipilih oleh konsumen adalah apel impor.Apel lokal memiliki karakteristik yang
berbeda dengan apel impor. Sehingga preferensi konsumen pun berbeda terhadap
apel lokal. Selain karakteristik yang
berbeda, ketersediaan apel lokaljauh lebih sedikit dibandingkan apel impor.
Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa konsumen menyukai apel impor.
Ketika krisis terjadi harga apel impor
menjadi lebih mahal. Sebagian besar konsumen adalah sensitive terhadap harga.
Akibatnya banyak konsumen yang mengurangi konsumsi apel impor dan buah impor
lainnya. Hasil penelitian selama krisis membuktikan hal ini sebagian besar
respoden mengakuibahwa factor harga mempengaruhi pembelian apel,jeruk,anggur
dan pir. Faktor lainnya yang mempengaruhi pembeli buah impor adalah (a)diskon
harga (b)jumlah pembeli buah (c) kemudahan di dapatkan (d) musim (e) tempat
penyajian (f) suhu (g)kemasan(h)label merek dan (i) satuan penjualan. Sebagai
besar responden penelitian ini adalah konsumen berpendapatan menegah.
Hasil di atas memberikan informasi
berharga kepada para produsen bahwa factor harga merupakan factor penentu
pembelian buah-buah bagi sebagian besar konsumen, termasuk konsummen
berpendapatan menengah sekalipun. Faktor harga semakin dominan pengaruhnya kepada konsumen yang
berpendapatan rendah. Karena mereka memiliki daya beli yang rendah. Dan itulah
bukti kalau harga buah impor lebih murah dibandingkan harga buah lokal.
Kurang tersedianya benih berkualitas
dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani baru untuk produk buah-buahan.
Juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah.
Buah nusantara harusnya menjadi
prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun sayangnya,
apresiasi terhadap buah nusantara masih sangat rendah. Ditambah lagi dengan
kesenjangan harga antara buah nusantara dan buah impor
Harga buah impor melonjak sejak awal
tahun hingga saat ini. Buah anggur impor seperti Red Globe bahkan sudah kosong
beberapa bulan di supermarket. Sementara buah lokal juga mulai langka karena
permintaan tidak sesuai dengan pasokan.
Kondisi tersebut terjadi di Carrefour. Supermarket
yang memiliki departemen fresh dengan berbagai jenis buah ini megalami
kekosongan apel Fuji dari Januari hingga Maret. Apel merah yang di impor dari
Amerika tersebut dikatakan kosong oleh supplier mitra Carrefour , sementara
apel lokal juga mulai langka stoknya akibat permintaan yang melonjak tajam.
Harga apel impor naik hampir tiga kali dalam tiga bulan terahir. “Harga
terakhir Rp 18 ribu per kilogram,, harga baru sejak datang kemarin jadi Rp 45
ribu per kilogram dari supplier. Kami cek ke supplier ternyata memang kosong
dan tidak ada barang masuk,” kata Team Leader Fresh Carrefour Mitra, Andi
Syahrul.
Ketika beralih ke suplemen lain, yaitu
apel lokal, kondisinya juga sama. Apel Malang yang berwarna merah dan hijau
sangat susah didapat. Supplier asal Batu yang awalnya selalu memasok berapapun
permintaan Carrefour kini memberikan kuota lantaran stok terbatas dan
harus dibagi dengan banyaknya permintaan yang masuk. “Apel lokal ada walaupun
tidak banyak, harganya juga naik jadi Rp 25 ribu per kilogram,” sebutnya.
Hal serupa juga terjadi pada anggur red
globe asal Amerika yang harganya naik dari Rp 50 ribu per kilo jadi Rp 75 ribu
per kilo, sedangkan jeruk impor yang awalnya Rp 17,500 per kilo naik jadi Rp 25
ribu per kilo. Begitu juga dengan harga durian montong asal Thailand dari harga
Rp 30 ribu per kilo naik jadi Rp 55 ribu per kilo dalam tiga bulan terakhir.
Andi menduga naiknya harga buah impor karena pembatasan buah impor dari
pemerintah yang tidak disertai dengan pemenuhan kebutuhan oleh buah lokal. Di
tempatnya, beberapa buah impor yang bisa diganti dengan lokal akan dicarikan
produk lokalnya, namun ada beberapa buah yang memang tidak boleh menggunakan
buah lokal, “ seperti anggur merah itu kami wajib pakai impor, jadi kalau pas
kosong ya di atur agar pembeli bisa mengganti kebutuhan anggur dengan buah lain
yang kami tawarkan dengan harga net dan menarik,” paparnya.
Kenaikan harga tersebut diakui Andi
berimbas pada capaian omzet serta jumlah pembeli selama satu bulan terahir
ditempatnya. Dari data perbandingan hari yang sama tahun ini dengan tahun lalu,
terdapat peningkatan omzet sebesar 10 persen disusul dengan penurunan jumlah
pembeli dengan tingkat prosentase yang sama.
“Setiap
hari kami selalu membandingkan data hari ini dengan hari yang sama tahun lalu.
Memang terjadi penurunan jumlah pembeli tetapi meningkat dalam hal omzet karena
harga yang naik akibat berbagai sebab. Penurunan dan peningkatannya antara
pengunjung dan omzet rata-rata sebesar 10 sampai 15 persen,” tandasnya.
(pit/han
Kelebihan dan kekurangan buah lokal
dibandingkan buah import dapat membuat kita semakin mengerti bahwa buah yang
diproduksi di dalam negeri pun mempunyai nilai lebih jika dibandingan dengan
buah impor. Tetapi, ada juga kekurangan dari buah lokal yang harus kita ketahui
sehingga kita tidak akan mendapatkan dampak negatif dari buah yang kita
konsumsi. Bukan hanya itu, buah-buahan yang mengandung nutrisi seperti vitamin
dan mineral tinggi juga perlu dikonsumsi untuk menunjang kesehatan, entah dari
mana pun ia berasal, produk lokal atau impor. Tetapi, terkadang ada beberapa
jenis buah yang memang tidak dapat hidup dengan baik di Indonesia karena iklim
yang tidak cocok. Lalu, apa sajakah yang perlu anda ketahui tentang buah lokal
dan buah impor?
Dengan
semakin terbukanya perdagangan bebas, maka buah-buahan pun kini banyak yang
diimpor dari luar negeri. Bagi konsumen, tentu ini menyenangkan karena harganya
dapat jauh lebih murah dibandingan buah lokal. Namun bagi petani, keberadaan
buah impor justru dapat mematikan dan melumpuhkan usaha mereka karena mereka
harus bersaing dengan buah impor yang harganya jauh lebih murah dibandingan
buah yang mereka jual. Sebenarnya, ada beberapa kalangan yang masih merasa
enggan untuk mengkonsumsi buah lokal karena merasa gengsi. Satu hal yang perlu
kita tahu adalah bahwa negara kita adalah negara agraris dan tentu saja
sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Buah-buahan sebagai
satu komoditas yang ditanam di dalam negeri terkadang belum dapat bersaing
secara harga sehingga konsumen menjadi lebih tertarik untuk melirik buah impor.
Walaupun sebenarnya, buah lokal pun tidak kalah dalam hal rasa. Hal ini
disebabkan karena negara kita beriklim tropis dengan tanahnya yang subur
sehingga dapat menghasilkan buah yang rasanya jauh lebih kuat bila dibandingan
dengan buah impor. Jadi, kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah
impor dapat dijadikan pegangan bahwa kita pun sebenarnya mampu menghasilkan
buah berkualitas dan tidak kalah dengan buah dari luar negeri.
Ada
berbagai jenis buah yang memang tidak dapat ditanam di negara kita berkaitan
dengan tanah dan iklim yang tidak cocok. Misalnya adalah buah pear, kurma, dan
kiwi. Jadi buah-buahan impor memang masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
buah yang terus melonjak dan karena kita tahu manfaat buah tersebut untuk
kesehatan. Tetapi kini, ada banyak buah impor yang sebenarnya dapat tumbuh di
Indonesia, hanya saja impor ini masih dilakukan karena kita masih bergantung
dengan negara lain dan juga karena petani kita masih belum bisa memenuhi
permintaan dalam negeri, seperti buah apel, jeruk, mangga, jambu, dan masih
banyak lagi. Sebenarnya, buah lokal juga tidak kalah dengan buah impor dari
segi kualitas dan rasa, hanya saja konsumen sekarang ini cenderung untuk membeli
buah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan buah lokal yang biasanya
harganya sedikit mahal. Jadi, semuanya kini bergantung kepada kebijaksanaan
pemerintah dan petani dalam menyediakan kebutuhan buah dalam negeri setelah
konsumen tahu tentang kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah
impor.
V. Kesimpulan
Saat ini harus diakui
bahwa buah-buahan import semakin merajalela khususnya yang berasal dari Cina
dimana sejak akhir tahun 2008 menjadi supplier buah import terbesar melewati
Amerika dan Australia yang selama ini menjadi raja buah import. Buah-buahan
yang diimport menurut data Departemen Pertanian pada tahun 2007 mencapai lebih
dari 300.000 ton. Padahal buah-buahan yang kita export tidak lebih dari 30.000
ton saja.
Memang bila dilihat dari
permasalahan industri buah-buahan di Indonesia itu sangat kompleks. Mulai dari
lahan petani yang kecil-kecil sehingga supply dan bahkan kualitas tidak
menentu, fasilitas pergudangan dan transportasi yang kurang memadai sehingga
buah-buahan sebagai barang yang mudah busuk pun tidak bisa dibawa jauh dari
sumbernya. Kita tentunya mengharapkan ada pengusaha yang bisa
meng-industrialisasi dunia buah-buahan dimana bila kita melihat kebun-kebun
raksasa di luar negeri semua sudah serba modern dan efisien sehingga dapat
menurunkan harga begitu jauh.
Tentunya kita sebagai
konsumen selalu mau harga yang terbaik (termurah) dan buah-buahan import yang
murah dan bermutu tentunya sangat menarik. Tetapi bila kita tidak mendukung
industri buah-buahan lokal, maka ini menjadi satu dilema juga dimana perkebunan
buah di Indonesia tidak maju karena kurang permintaan sehingga akan lebih
menurunkan lagi potensi industri buah-buahan tersebut. Padahal, kita adalah
negara agraris dan vulkanis yang seharusnya memiliki kesuburan tanah yang
sangat baik dengan cuaca yang mendukung sepanjang tahun, sehingga dengan dapat
menanam sepanjang tahun kita bisa lebih kompetitif dari negara yang memiliki
musim dingin.
Oleh karena itu kalau
kita mau mendukung pertanian lokal yang dapat dimulai dengan membeli
buah-buahan lokal, maka alhasil dengan nilai jual yang baik dan infrastruktur
yang terus diperbaiki, harga buah lokal bisa semakin kompetitif dan dengan
kualitas yang semakin baik juga. mudah-mudahan…
VI.Daftar
Pustaka
©2003Digitized by USU digital Library
Copyright ©
2002-04 Gatra.com
BalasHapusWhen Jasmine was still very baby , I do not give fruit . Somehow my feeling is always not good . Although in many out there who give their children to eat fruit when the newborn .
bandar togel sgp yang paling aman