Sabtu, 11 Mei 2013

Tugas Tulisan 2 Perekonomian Indonesia


Nama          : Annisa Hani Utami
Kelas           : 1EB24
NPM           : 20212960

PERSAINGAN HARGA PRODUK DALAM NEGERI VERSUS HARGA PRODUK LUAR NEGERI DILIHAT DARI TINGGINYA BIAYA PRODUKSI.
Harga Buah Impor dan Buah Lokal
Tulisan 2

I.Abstraksi

Bagi konsumen, buah-buahan merupakan komoditas pangan yang paling sering di konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menjaga  kebugaran dan kesehatan konsumen. Karena begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan dianjurkan untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan harus tersedia di pasar.
Sebelum adanya pengurangan pemasok buah-buahan impor, 25 % responden mengkonsumsi buah impor. Selama adanya pengurangan pemasok buah-buahan impor, jumlah konsumen yang masih mengkonsumsi buah impor turun menjadi 4%.  Pada masa itu, harga buah Impor menjadi mahal . selain itu daya beli konsumen relative tetap bahkan menurun. Inilah yang menyebabkan konsumen beralih kepada buah lokal dengan mengurangi konsumsi buah impor. Krisis ini tidak menyebabkan konsumen menghentikan konsumsi buah-buahan. Yang terjadi adalah konsumen beralih mengkonsumsi buah lokal. Buah lokal merupakan buah substitusi bagi buah impor. Selama krisis ini, harga buah lokal juga cenderung naik, namun kenaikan harganya tidak sebesar harga buah impor. Data ini juga membawa implikasi penting yaitu buah-buahan masih tetap dikonsumsi  oleh konsumen. Ini menunjukkan arti penting buah-buahan bagi konsumen.
Diterapkan sejak Januari 2013, dampaknya di ritel makin terasa. Buah impor makin sulit ditemui, dan seperti prinsip ekonomi lainnya, begitu pasokan berkurang, harga makin meningkat.
Sebagai konsumen buah impor, awalnya saya bertanya-tanya mengapa makin sulit menemukan buah-buahan tersebut. Setiap hari, kami mengonsumsi buah dalam bentuk jus untuk anak-anak, dan potongan untuk dibawa ke kantor. Buah juga harus selalu ada sebagai cemilan sehat saat mulut sedang iseng ingin mengunyah.
Masalah pertama, buahnya sudah tidak ada. Buah impor menjadi pilihan karena harganya yang terjangkau, lebih manis dari buah lokal, tingkat kemanisan yang standar, selalu ada, dan lebih besar. Memang kalau dihitung per kilogram lebih mahal dari buah lokal, namun lebih praktis karena tak perlu mengupas lebih banyak buah.
Masalah kedua, jika ada, harganya mahal. Harga yang saya temui di tingkat ritel telah meningkat seratus persen. Cukup membuat saya terpekur lama di depan lemari pendingin, mempertimbangkan jadi beli ngga ya.
Bagaimanapun, toh kami harus tetap mengonsumsi buah. Sehingga mau tidak mau akhirnya ada beberapa buah yang harus disubtitusi. Apel diganti pir yang masih murah, atau apel malang. Jeruk ponkan diganti jeruk pacitan. Anggur, lupakan, karena anggur lokal sulit juga ditemukan. Buah yang tadinya tidak masuk hitungan, sekarang jadi pilihan. Melon, semangka dan jambu biji akhirnya menjadi alternatif selingan.
Jika sektor pertanian sudah merata teknologi dan pengetahuannya, seharusnya kondisi ini sudah dengan cepat bisa mengalihkan pelanggan setia buah impor untuk memilih buah lokal dengan senang hati, bukan karena terpaksa. Kalau sekarang kan konsumen buah impor anggaplah sedang dalam masa menanti harga normal kembali,  meski kali ini nampaknya mustahil karena pengetatan keran impor buah tersebut.
Kenapa buah lokal kurang diminati? Jeruk lokal yang saya beli, sepertinya tidak ada perubahan dari masalah-masalah sebelumnya. Warna kurang menarik, ukuran masih imut-imut, kualitas tidak standar, demikian juga dengan rasa manis bisa berbeda-beda. Apel yang paling banyak di pasaran adalah apel malang, yang rasanya masih agak masam, sehingga jus untuk anak-anak harus ditambah gula. Belum lagi masalah pasokan, yang kadang ada kadang tidak. Padahal mestinya bisa diusahakan panen bisa berlangsung sepanjang musim, demikian juga dengan distribusinya agar merata.
Kita memang bisa mengharuskan konsumen untuk mencintai produk dalam negeri. Namun jika produk kita lebih jelek, maka hal tersebut harus diakui secara jujur, untuk kemudian mencari cara untuk memperbaikinya, melakukannya, dan terus berinovasi dengan hasil yang didapatkan. Produk lokal, paling tidak harus menjadi raja di negeri sendiri. Setelah itu barulah bisa percaya diri bersaing dengan produk sejenis dari negara lain.
II. Pendahuluan
 Latar belakang
Karena kualitas produk yang belum memenuhi standar. Jumlah dan kontinuitas tanam juga masih belum bisa stabil memenuhi kebutuhanpasar. Di sisi lain harga di tingkat petani sangat rendah hingga merekaenggan menanam buah. Kalangan petani apel di Batu (Malang) Jawa Timur mencemaskankian banyaknya apel impor yang memasuki pasaran lokal karena kondisi ini bisa mematikan pendapatan dan pengembangan tanaman apeldidaerah tersebut. Buah apel impor berasal dari Selandia Baru, Australiadan Amerika saat ini semakin banyak memasuki pasaran lokal dandigemari konsumen karena rasa dan kualitas buahnya lebih baik daripada apel lokal, kondisi ini mengancam pemasaran apel lokal, katapetani dan pedagang apel di Batu, selasa (31/1). Harga apel lokal dijualhanya Rp. 4.000,00 hingga Rp 5.000,00 per Kg tergantung besar kecilnyabuah apel yang mereka jual. Selain buah apel Batu juga banyakmenghasilkan berbagai jenis buah lain misalnya Jeruk, Avokad, Nangka,dan Pisang. Di Kecamatan Bumiaji yang produktif menghasilkanbermacam-macam buah-buahan, juga menjadi sentra produksi JerukKeprok Batu, Jeruk Keprok Punten. Disamping pendistribusian dalambentuk buah, beberapa produksi buah-buahan di Batu juga sudah diolah.Apel misalnya sudah berupa Sirup, Keripik, Selai, Sari Apel, begitu juga Nangka dan Kentang diolah menjadi Keripik. Surabaya 31 Januari 2003
Designed and mantennace byGatra. Com. Kalangan Petani Apel di Batu, Jawa Timur.Walaupan kondisi perdagangan buah tidak stabil dikarenakan buahlokal tidak bisa bersaing secara baik dengan buah impor namunperdagangan buah tetap berlangsung, baik di pasar tradisional maupundipusat perdagangan buah. Dan Di Kota Malang sendiri terdapat banyakpusat perdagangan buah diantaranya Mahkota buah, Hypermarket(Matos), Supermarket Hero, Supermarket Ramayana, Pasar Tradisional Jagalan, Pasar Besar Malang, Istana Buah Malang, dan Lailai Market BuahMalang.
Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Jawa Barat, Henry Hendarta mengatakan, saat ini pasokan buah-buahan ke sejumlah supermarket dan hipermarket di wilayah Jawa Barat semakin sulit. Bahkan, beberapa supermarket dan hipermarket sudah tidak lagi menyediakan buah impor.  "Memang saat ini pasokan buah impor sudah sangat sulit, bahkan bisa dikatakan kosong, kalaupun ada harganya sangat mahal," jelas Henry kepada wartawan, Jumat (12/4). Dipaparkannya, kelangkaan buah impor tersebut seiring dengan pengalihan lokasi pengiriman untuk komoditas hortikultura dan buah-buahan impor. Jika tadinya di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, kini dialihkan ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Apalagi saat ini kabarnya ada sekitar 500 kontainer buah-buahan impor yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak.  "Kondisi itu membuat suplai buah-buahan impor menjadi tersendat, sehingga semakin langka," jelasnya. Kelangkaan buah impor sendiri sudah terjadi dalam 2-3 minggu terakhir. Bahkan persediaan buah-buahan di beberapa supermarket dan hipermarket sudah tidak ada. Kalaupun ada harganya menjadi tinggi. Seperti buah apel yang tadinya Rp 30.000/kg kini sudah mencapai Rp 75.000/kg. Begitu juga dengan anggur, dari Rp 30.000/kg kini di atas Rp 50.000/kg. "Buah pir dan jeruk juga sama, naiknya tinggi. Rata-rata saat ini buah impor harganya naik 100 persen," jelasnya. Kelangkaan dan tingginya harga buah-buahan impor ini sangat berpengaruh terhadap produk buah-buahan lokal. Harga buah-buahan lokal ikut terdongkrak dan mengalami kenaikan cukup signifikan.  "Tidak hanya dari sisi harga, permintaan buah lokal pun ikut meningkat, karena kebutuhan buah-buahan terpenuhi oleh produk lokal," jelasnya.  Menurutnya, kelangkaan buah-buahan impor sendiri memang sempat dikeluhkan konsumen. Terlebih permintaan buah impor sangat tinggi. Namun hal ini tidak terlalu bermasalah seiring dengan banyaknya persediaan buah-buahan lokal. "Sekarang ini permintaan untuk buah-buahan lokal sangat tinggi dan itu sangat positif dalam penguatan produk lokal. Tetapi harus dijaga kesinambungannya oleh pemerintah," katanya.
III. Landasan Teori
Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menjaga  kebugaran dan kesehatan konsumen. Memuaskan pelanggan adalah merupakan kunci sukses dalam melaksanakan bisnis. Berbagai tanggapan dari pelanggan perlu diterima sebagai masukan yang berharga bagi pengembangan dan penyusunan strategi perusahaan berikutnya. Oleh karena itu permasar harusmengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pelanggan, dengancara mempelajari bagaimana persepsi dan preferensi dari perilakupelangganya. Namun tidak mudah bagi pemasar untuk mengenal watakdan perilaku dari pelangganya, karena itu bisa jadi apa yang diungkapkan itu bertolak belakang dari yang sebenarnya. Untuk itu perusahaan dituntut untuk terus melakukan riset terhadap konsumennya. Pemantauantersebut bukan hanya dilihat sebelum pembelian yaitu factor-faktor apayang mempengaruhi konsumen membeli produk (intern dan ekstern),namun juga memperhatikan bagaimana kesudahanya dalam pembeliantersebut sangat penting untuk dapat mempertahankan pelanggan
Riset pasar adalah kegiatan untuk memperoleh informasi mengenai konsumen, produk, pangsa pasar, pesaing yang dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah. Dapat dilihat dari riset pasar yang sangat penting adalah mengetahui perilaku konsumen berbagai barang dan jasa. Bagi konsumen, buah-buahan merupakan komoditas pangan yang paling sering di konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menjaga  kebugaran dan kesehatan konsumen. Karena begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan dianjurkan untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan harus tersedia di pasar.

IV.Pembahasan
Prilaku Konsumsi dan Pembeli Buah-Buahan
Riset pasar adalah kegiatan untuk memperoleh informasi mengenai konsumen, produk, pangsa pasar, pesaing yang dilakukan dengan kaidah-kaidah ilmiah. Dapat dilihat dari riset pasar yang sangat penting adalah mengetahui perilaku konsumen berbagai barang dan jasa. Bagi konsumen, buah-buahan merupakan komoditas pangan yang paling sering di konsumsi. Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat penting untuk menjaga  kebugaran dan kesehatan konsumen. Karena begitu penting nya nilai kesehatan buah-buahan bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang sangat penting pula. Buah-buahan dianjurkan untuk dikonsumsi setip hari oleh konsumen. Ini artinya buah-buahan harus tersedia di pasar.
Sebelum adanya pengurangan pemasok buah-buahan impor, 25 % responden mengkonsumsi buah impor. Selama adanya pengurangan pemasok buah-buahan impor, jumlah konsumen yang masih mengkonsumsi buah impor turun menjadi 4%.  Pada masa itu, harga buah Impor menjadi mahal . selain itu daya beli konsumen relative tetap bahkan menurun. Inilah yang menyebabkan konsumen beralih kepada buah lokal dengan mengurangi konsumsi buah impor. Krisis ini tidak menyebabkan konsumen menghentikan konsumsi buah-buahan. Yang terjadi adalah konsumen beralih mengkonsumsi buah lokal. Buah lokal merupakan buah substitusi bagi buah impor. Selama krisis ini, harga buah lokal juga cenderung naik, namun kenaikan harganya tidak sebesar harga buah impor. Data ini juga membawa implikasi penting yaitu buah-buahan masih tetap dikonsumsi  oleh konsumen. Ini menunjukkan arti penting buah-buahan bagi konsumen.    
Diantara berbagai jenis buah-buahan yang sering dikonsumsi konsumen, maka ada lima jenis buah yang  popular yaitu apel,alpuket, jeruk, pepaya dan pisang. Dari kelima jenis buah-buahan tersebut, maka apel adalah buah yang paling berkurang dikonsumsi selama krisis. Sebelum krisis, apel yang paling sering dikonsumsi adalah apel impor. Pada saat krisis, apel impor menjadi semakin mahal sehingga sedikit konsumen yang masih mengkonsumsinya. Berlainan dengan apel, mka pisang dikonsumsi oleh lebih banyak konsumen selama krisis. Pisang lokal tersedia di hamper seluruh pasar di Indonesia dan tersedia hamper sepanjang tahun. Jeruk dan pepayadikonsumsi oleh jumlah konsumen relatif sama sebelum krisis dan saat krisis. Konsumen memiliki dua pilihan jeruk, lokal atau impor. Karena itu hrga jeruk impor lebih mahal saat krisis, maka kemungkinan sebagian konsumen beralih ke jeruk lokal selama krisis.
Berapa banyak konsumen mengkonsumsi buah-buahan??? .. jawabannya terhadap pertanyaan ini adalah penting bagi produsen untuk memperkirakan besarnya ukuran pasar. Dari table 1 dapat dilihat bahwa jeruk Medan adalah yang paling sering dikonsumsi . bahkan jumlah konsumsinya adalah paling besar (1580 gram/orang/bulan) dibandingkan buah lokal lainnya. Sedangkan jeruk Murcat adalah buah impor yang seing dikonsumsi dengan jumlah yang paling besar pula (1708gram/orang/bulan).
  Tabel 1
Diantara berbagai macam buah impor, apel merupakan buah-buahan yang paling banyak beredar dan paling popular dikonsumsi. Sebelum krisis terjadi, jumlah apel impor mencapai 31,5 ribu ton. Angka ini adalah yang paling besar diantara buah impor lainnya. Jumlah impor apel yang tinggi ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa konsumen Indonesia  menyukai apel impor.  Untuk mengetahui factor apa yang menyebabkan konsumen menyukai apel impor, peneliti melakukan survey preferensi konsumen terhadap apel impor sebelum krisis terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsumen menyukai apel impor adalah karena mereka menyenangi atribut tersebut atau karakteristik dari apel tersebut. Ke empat atribut tersebut adalah warna apel yang berwarna merah, rasanya manis, ukurannya tersedia dalam bentuk besar dan sedang serta buahnya relative keras. Karakteristik lainnya adalah selalu tersedia di pasar.
Seperti kita ketahui bersama bahwa sebelum krisis, beragam apel impor membanjiri pasar tradisional maupun swalayan. Ini artinya pemasok apel impor sangat tinggi. Konsumen mempunyai banyk pilihan dan dihadapkan kepada situasi kemudahan untuk memperoleh apel tersebut. Karena yang banyak tersedia adalah apel impor, maka yang banyak dipilih oleh konsumen adalah apel impor.Apel lokal memiliki karakteristik yang berbeda dengan apel impor. Sehingga preferensi konsumen pun berbeda terhadap apel lokal.  Selain karakteristik yang berbeda, ketersediaan apel lokaljauh lebih sedikit dibandingkan apel impor. Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa konsumen menyukai apel impor.
Ketika krisis terjadi harga apel impor menjadi lebih mahal. Sebagian besar konsumen adalah sensitive terhadap harga. Akibatnya banyak konsumen yang mengurangi konsumsi apel impor dan buah impor lainnya. Hasil penelitian selama krisis membuktikan hal ini sebagian besar respoden mengakuibahwa factor harga mempengaruhi pembelian apel,jeruk,anggur dan pir. Faktor lainnya yang mempengaruhi pembeli buah impor adalah (a)diskon harga (b)jumlah pembeli buah (c) kemudahan di dapatkan (d) musim (e) tempat penyajian (f) suhu (g)kemasan(h)label merek dan (i) satuan penjualan. Sebagai besar responden penelitian ini adalah konsumen berpendapatan menegah.
Hasil di atas memberikan informasi berharga kepada para produsen bahwa factor harga merupakan factor penentu pembelian buah-buah bagi sebagian besar konsumen, termasuk konsummen berpendapatan menengah sekalipun. Faktor harga semakin dominan  pengaruhnya kepada konsumen yang berpendapatan rendah. Karena mereka memiliki daya beli yang rendah. Dan itulah bukti kalau harga buah impor lebih murah dibandingkan harga buah lokal.
Kurang tersedianya benih berkualitas dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani baru untuk produk buah-buahan. Juga kurang memadainya infrastruktur logistik buah.
Buah nusantara harusnya menjadi prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun sayangnya, apresiasi terhadap buah nusantara masih sangat rendah. Ditambah lagi dengan kesenjangan harga antara buah nusantara dan buah impor
Harga buah impor melonjak sejak awal tahun hingga saat ini. Buah anggur impor seperti Red Globe bahkan sudah kosong beberapa bulan di supermarket. Sementara buah lokal juga mulai langka karena permintaan tidak sesuai dengan pasokan.
Kondisi tersebut terjadi di Carrefour. Supermarket yang memiliki departemen fresh dengan berbagai jenis buah ini megalami kekosongan apel Fuji dari Januari hingga Maret. Apel merah yang di impor dari Amerika tersebut dikatakan kosong oleh supplier mitra Carrefour , sementara apel lokal juga mulai langka stoknya akibat permintaan yang melonjak tajam. Harga apel impor naik hampir tiga kali dalam tiga bulan terahir. “Harga terakhir Rp 18 ribu per kilogram,, harga baru sejak datang kemarin jadi Rp 45 ribu per kilogram dari supplier. Kami cek ke supplier ternyata memang kosong dan tidak ada barang masuk,” kata Team Leader Fresh Carrefour  Mitra, Andi Syahrul.
Ketika beralih ke suplemen lain, yaitu apel lokal, kondisinya juga sama. Apel Malang yang berwarna merah dan hijau sangat susah didapat. Supplier asal Batu yang awalnya selalu memasok berapapun permintaan Carrefour  kini memberikan kuota lantaran stok terbatas dan harus dibagi dengan banyaknya permintaan yang masuk. “Apel lokal ada walaupun tidak banyak, harganya juga naik jadi Rp 25 ribu per kilogram,” sebutnya.
Hal serupa juga terjadi pada anggur red globe asal Amerika yang harganya naik dari Rp 50 ribu per kilo jadi Rp 75 ribu per kilo, sedangkan jeruk impor yang awalnya Rp 17,500 per kilo naik jadi Rp 25 ribu per kilo. Begitu juga dengan harga durian montong asal Thailand dari harga Rp 30 ribu per kilo naik jadi Rp 55 ribu per kilo dalam tiga bulan terakhir. Andi menduga naiknya harga buah impor karena pembatasan buah impor dari pemerintah yang tidak disertai dengan pemenuhan kebutuhan oleh buah lokal. Di tempatnya, beberapa buah impor yang bisa diganti dengan lokal akan dicarikan produk lokalnya, namun ada beberapa buah yang memang tidak boleh menggunakan buah lokal, “ seperti anggur merah itu kami wajib pakai impor, jadi kalau pas kosong ya di atur agar pembeli bisa mengganti kebutuhan anggur dengan buah lain yang kami tawarkan dengan harga net dan menarik,” paparnya.
Kenaikan harga tersebut diakui Andi berimbas pada capaian omzet serta jumlah pembeli selama satu bulan terahir ditempatnya. Dari data perbandingan hari yang sama tahun ini dengan tahun lalu, terdapat peningkatan omzet sebesar 10 persen disusul dengan penurunan jumlah pembeli dengan tingkat prosentase yang sama.
 “Setiap hari kami selalu membandingkan data hari ini dengan hari yang sama tahun lalu. Memang terjadi penurunan jumlah pembeli tetapi meningkat dalam hal omzet karena harga yang naik akibat berbagai sebab. Penurunan dan peningkatannya antara pengunjung dan omzet rata-rata sebesar 10 sampai 15 persen,” tandasnya. (pit/han
Kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah import dapat membuat kita semakin mengerti bahwa buah yang diproduksi di dalam negeri pun mempunyai nilai lebih jika dibandingan dengan buah impor. Tetapi, ada juga kekurangan dari buah lokal yang harus kita ketahui sehingga kita tidak akan mendapatkan dampak negatif dari buah yang kita konsumsi. Bukan hanya itu, buah-buahan yang mengandung nutrisi seperti vitamin dan mineral tinggi juga perlu dikonsumsi untuk menunjang kesehatan, entah dari mana pun ia berasal, produk lokal atau impor. Tetapi, terkadang ada beberapa jenis buah yang memang tidak dapat hidup dengan baik di Indonesia karena iklim yang tidak cocok. Lalu, apa sajakah yang perlu anda ketahui tentang buah lokal dan buah impor?
Dengan semakin terbukanya perdagangan bebas, maka buah-buahan pun kini banyak yang diimpor dari luar negeri. Bagi konsumen, tentu ini menyenangkan karena harganya dapat jauh lebih murah dibandingan buah lokal. Namun bagi petani, keberadaan buah impor justru dapat mematikan dan melumpuhkan usaha mereka karena mereka harus bersaing dengan buah impor yang harganya jauh lebih murah dibandingan buah yang mereka jual. Sebenarnya, ada beberapa kalangan yang masih merasa enggan untuk mengkonsumsi buah lokal karena merasa gengsi. Satu hal yang perlu kita tahu adalah bahwa negara kita adalah negara agraris dan tentu saja sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah petani. Buah-buahan sebagai satu komoditas yang ditanam di dalam negeri terkadang belum dapat bersaing secara harga sehingga konsumen menjadi lebih tertarik untuk melirik buah impor. Walaupun sebenarnya, buah lokal pun tidak kalah dalam hal rasa. Hal ini disebabkan karena negara kita beriklim tropis dengan tanahnya yang subur sehingga dapat menghasilkan buah yang rasanya jauh lebih kuat bila dibandingan dengan buah impor. Jadi, kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah impor dapat dijadikan pegangan bahwa kita pun sebenarnya mampu menghasilkan buah berkualitas dan tidak kalah dengan buah dari luar negeri.

Ada berbagai jenis buah yang memang tidak dapat ditanam di negara kita berkaitan dengan tanah dan iklim yang tidak cocok. Misalnya adalah buah pear, kurma, dan kiwi. Jadi buah-buahan impor memang masih diperlukan untuk memenuhi kebutuhan buah yang terus melonjak dan karena kita tahu manfaat buah tersebut untuk kesehatan. Tetapi kini, ada banyak buah impor yang sebenarnya dapat tumbuh di Indonesia, hanya saja impor ini masih dilakukan karena kita masih bergantung dengan negara lain dan juga karena petani kita masih belum bisa memenuhi permintaan dalam negeri, seperti buah apel, jeruk, mangga, jambu, dan masih banyak lagi. Sebenarnya, buah lokal juga tidak kalah dengan buah impor dari segi kualitas dan rasa, hanya saja konsumen sekarang ini cenderung untuk membeli buah dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan buah lokal yang biasanya harganya sedikit mahal. Jadi, semuanya kini bergantung kepada kebijaksanaan pemerintah dan petani dalam menyediakan kebutuhan buah dalam negeri setelah konsumen tahu tentang kelebihan dan kekurangan buah lokal dibandingkan buah impor.
V. Kesimpulan
Saat ini harus diakui bahwa buah-buahan import semakin merajalela khususnya yang berasal dari Cina dimana sejak akhir tahun 2008 menjadi supplier buah import terbesar melewati Amerika dan Australia yang selama ini menjadi raja buah import. Buah-buahan yang diimport menurut data Departemen Pertanian pada tahun 2007 mencapai lebih dari 300.000 ton. Padahal buah-buahan yang kita export tidak lebih dari 30.000 ton saja.
Memang bila dilihat dari permasalahan industri buah-buahan di Indonesia itu sangat kompleks. Mulai dari lahan petani yang kecil-kecil sehingga supply dan bahkan kualitas tidak menentu, fasilitas pergudangan dan transportasi yang kurang memadai sehingga buah-buahan sebagai barang yang mudah busuk pun tidak bisa dibawa jauh dari sumbernya. Kita tentunya mengharapkan ada pengusaha yang bisa meng-industrialisasi dunia buah-buahan dimana bila kita melihat kebun-kebun raksasa di luar negeri semua sudah serba modern dan efisien sehingga dapat menurunkan harga begitu jauh.
Tentunya kita sebagai konsumen selalu mau harga yang terbaik (termurah) dan buah-buahan import yang murah dan bermutu tentunya sangat menarik. Tetapi bila kita tidak mendukung industri buah-buahan lokal, maka ini menjadi satu dilema juga dimana perkebunan buah di Indonesia tidak maju karena kurang permintaan sehingga akan lebih menurunkan lagi potensi industri buah-buahan tersebut. Padahal, kita adalah negara agraris dan vulkanis yang seharusnya memiliki kesuburan tanah yang sangat baik dengan cuaca yang mendukung sepanjang tahun, sehingga dengan dapat menanam sepanjang tahun kita bisa lebih kompetitif dari negara yang memiliki musim dingin.
Oleh karena itu kalau kita mau mendukung pertanian lokal yang dapat dimulai dengan membeli buah-buahan lokal, maka alhasil dengan nilai jual yang baik dan infrastruktur yang terus diperbaiki, harga buah lokal bisa semakin kompetitif dan dengan kualitas yang semakin baik juga. mudah-mudahan…

VI.Daftar Pustaka
 ©2003Digitized by USU digital Library
Copyright © 2002-04 Gatra.com

1 komentar:


  1. When Jasmine was still very baby , I do not give fruit . Somehow my feeling is always not good . Although in many out there who give their children to eat fruit when the newborn .
    bandar togel sgp yang paling aman

    BalasHapus