Rabu, 07 Januari 2015

TULISAN 3 SOFTKILL BAHASA INDONESIA 2




TATA KALIMAT

A. Pengertian Kalimat
            Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Jika kita cermati, pada dasarnya sebuah karangan dibentuk oleh kalimat-kalimat. Artinya, sebuah karangan akan terwujud jika ada rangkaian kalimat. Oleh karena itu, kalimat merupakan jiwa sebuah karangan. Lebih lengkapnya lagi, kalimat merupakan bagian terkecil dari ujaran atau wacana yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam bentuk lisan, kalmat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi.
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
Mengandung pikiran yang utuh.
Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
B. Unsur-Unsur Kalimat
            Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Kelengkapan unsur kalimat tersebut akan menentukan kejelasannya, paling tidak sebuah kalimat hendaknya memiliki subjek dan predikat. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK:
a) Subjek / Subyek (S)
b) Predikat (P)
c) Objek / Obyek (O)
d) Pelengkap (Pel)
e) Keterangan (K)

C. Fungsi Sintaksis Dalam Kalimat
            Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
1. Fungsi Subjek (S)
            Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, bisa dibilang subjek merupakan kalimat yang menjadi dasar kalimat sehingga menjadi bagian penting sebagai pangkal pembicaraan. Fungsi subjek dalam sebuah kalimat biasanya diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan: apa atau siapakah yang dibicarakan dalam kalimat tersebut. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Contoh:
a) Neni anak yang malas
b) Anak itu belum mengerjakan tugas
c) Yang duduk di dekat pintu masuk adalah kakak saya

2. Fungsi Predikat (P)
            Predikat adalah bagian kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek. Predikat juga merupakan salah satu unsur yang penting dalam kalimat. Fungsi predikat dapat diketahui dengan jalan mengajukan pertanyaan: apa, mengapa, siapa, dan bagaimana subjek kalimat tersebut. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.


Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Ibunya guru bahasa Indonesia (P=FN)
b. Adiknya dua (P=FNum)
c. Paman ke Surabaya (P=FPrep)
d. Dia sedang belajar (P=FV)
e. Anak itu rajin sekali (P=FAdj)

3. Fungsi Objek (O)
            Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Fungsi objek kalimat biasanya dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan: apa atau siapa di belakang predikat dan apa atau siapa itu dapat menduduki bagian subjek pada kalimat itu dipasifkan. Objek umumnya berkatagori nomina.

Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Yayasan Ibu Kasih menerbitkan Majalah Sastra.
b. Arman mengerjakan PR.

5. Fungsi Pelengkap (Pel)
            Banyak orang mencampuradukkan konsep objek dan pelengkap. Hal itu dapat dipahami karena keduanya memiliki kemiripan konsep yakni keduanya sering berwujud nomina dan menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba.

Contoh:
a. Seorang anak menceritakan kisah nyata yang dialaminya.
b. Seorang anak bercerita tentang kisah nyata yang dialaminya.
Pada kedua contoh diatas tampak bahwa kisah nyata yang dialaminya adalah frasa nominal dan ditempatkan di belakang verba menceritakan dan bercerita. Akan tetapi, pada kalimat (a) frase nominal itu dinamakan objek karena mengikuti verba transitif, sedangkan bagian (b) disebut pelengkap.
Contoh pelengkap verba transitif
a. Negara kita berlandaskan pancasila
b. Ika tergolong mahasiswa rajin

Seringkali pelengkap memiliki hubungan khusus dengan predikat sehingga seolah-olah keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Contoh:
a. Makan waktu
b. Balik nama
c. Cuci muka
d. Naik haji
Nomina waktu, nama, muka, haji adalah pelengkap kata sebelumnya. Karena eratnya hubungan antara pelengkap dengan predikat, kedua kata tersebut menjadi idiom.
Persamaan dan perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada table berikut:

No
Objek
Pelengkap
1
Kategori katanya nomina atau nominal.
Kategori katanya bisa nomina, verba, atau adjective.
2
Berada langsung di belakang verba transitif aktif tanpa preposisi.
Berada di belakang verba semitransitif dan dapat didahului preposisi..
3
Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Tidak dapat dijadikan bentuk pasif.
4
Dapat diganti dengan nya
Tidak dapat diganti dengan nya kecuali jika didahului oleh preposisi selain di, ke, dari, dan akan.

6. Fungsi Keterangan (K)
            Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letak. Keterangan dapat disimpan di awal, di akhir, bahkan di tengah. Keterangan biasanya berupa frase nominal, frase preposisional, dan frase adverbial.
Contoh:
a. Dia membaca Al-Quran di musola
b. Dia membaca Al-Quran dengan suara syahdu
c. Dia membaca Al-Quran setiap hari

Tugas 3 Softkill Bahasa Indonesia 2



TUGAS III
MAKALAH BAHASA INDONESIA 2
TATA TULIS ILMIAH
Di susun oleh :

Kelompok 3

Nama                                               NPM
1.     Annisa Hani Utami        (20212960)
2.     Intan Rismar Masyitoh  (23212754)
3.     Melinda Chelviana                  (24212541)


3EB22


FAKULTAS EKONOMI/AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014
PEMBAHASAN


Tata Tulis Ilmiah

A.    Bahan dan Jumlah Halaman

Bahan untuk menulis karya ilmiah berupa kertas HVS berukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) 70-80 gram. Pengetikan dengan komputer dilakukan dengan huruf times new roman atau arial 12 point, kecuali untuk pengetikan judul 14 atau 16 point.jumlah halaman makalah berkisar 15-25 halaman, skripsi berkisar antara 30-60 halaman, tesis berkisar antara 150-200 halaman, dan disertasi sekitar 300 halaman atau lebih.

B.     Pola Ukuran Kertas

Agar halaman karya ilmiah terlihat rapi, sebaiknya dipergunakan kertas sesuai ukuran. Garis pembatas kertas bersifat standar dengan ukuran margin atas 4 cm, margin bawah 3 cm, margin kiri 4 cm, dan margin kanan 3 cm.

C.    Penomoran

Angka yang lazim digunakan dalam karya ilmiah adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, angka Arab. Angka Romawi kecil seperti i,ii,iii, dan seterusnya dipergunakan untuk membei nomor halaman judul, abstark, daftar isi, dan sebagainya. Angka Romawi besar, seperti I,II,III, dan seterusnya digunakan untuk memberi nomor pada bab pendahuluan, landasan teoritis, metodologi penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran. Misalnya, BAB I PENDAHULUAN. Angka arab (1,2,3,…) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai halaman terakhir. Semua nomor halaman berangka arab tersebut harus diketik disebelah kanan atas, kecuali untuk halaman judul bab ditulis di tengah bawah.


System penomoran pada karya ilmiah mengikuti standar berikut :
a.       Tingkat pertama menggunakan angka Romawi besar.
b.      Tingkat kedua menggunakan huruf latin besar, misal A,B,C,D
c.       Tingkat ketiga menggunakan angka arab, misal 1,2,3.
d.      Tingkat keempat menggunakan huruf latin kecil, misal a,b,c,d.
e.       Tingkat kelima menggunakan angka arab dengan satu kurung tutup, misal 1), 2), 3).
f.       Tingkat keenam menggunakan huruf latin kecil dengan satu kurung tutup, misal, a), b), c).
g.      Tingkat ketujuh menggunakan angka arab dengan dua kurung, misal (1), (2), (3).
h.      Tingkat kedelapan menggunakan huruf latin kecil dengan dua kurung, misal (a), (b), (c)

D.    Penulisan Kutipan

a.       Kutipan Kurang dari 40 Kata
Kutipan kurang dari 40 kata ditulis diantara tanda kutip sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, diikuti dengan nama penulis, tahun dan nomor halaman. Misal: Suharno (1998:124) menyimpulkan “ada hubungan yangerat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar”.
b.      Kutipan 40 Kata atau Lebih
Kutipan yang terdiri dari 40 kata atau lebih ditulis secara terpisah dari teks yang mendahuluinya (tanpa tanda kutip), diketik dengan jarak spasi tunggal.
Misal: Howard Gardner (2002:5) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Inteligensi gerak tubuh termasuk dalam kemampuan untuk menyatukan tubuh dan pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik, berawal dari control reflek dan gerakan-gerakan sukarela, kemajuan intelegensi kinestetik digunakan tubuh dalam membedakan jalan kecakapan.
c.       Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Misal: Schmid (2002:18) menyatakan bahwa kegiatan olah tubuh akan mampu merangsang seseorang untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan.
d.      Cara Menulis Daftar Pustaka Berupa Buku
Ditulis berurutan mulai dari nama penulis, tahun penerbitan buku, judul buku (dengan huruf miring), tempat penerbitan, dan nama penerbit. Misal:
Keraf, Gorys. 2005. Komposisi. Flores: Nusa Indah
            terdapat pula cara penulisan berikut.
Gorys Keraf. 2005. Komposisi. Flores: Nusa Indah

e.       Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal Dari Buku
Kumpulan artikel penulisannya sama dengan cara diatas, hanya ditambahan dengan tulisan (Ed). Diantara nama penulis dan tahun penerbitan. Misal:
Dick, Hartoko (ed.). 2004. Golongan Cendikiawan Mereka yang Berumah di Angin. Jakarta Gramedia
f.       Cara Menulis Daftar Pustaka Dengan Mengambil Satu Artikel Dari Buku Kumpulan Artikel Nama penulis artikel ditulis didepan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang diapit oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul buku kumpulan artikel, dan nomor halaman. Misal:
Geertz, Clifford. 2003. “Cendikiawan di Negara Berkembang”. Dalam Kemala Sartika(Ed.), Menjelajah  Cakrawala: Kumpulan Karya Visioner Soedjadmoko (hlm. 233). Jakarta: Gramedia
g.      Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal Dari Artikel Dalam Jurnal. Nama penulis artikel ditulis didepan, diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal, tahun dan nomor. Misal:
Hanafi, A. 1989. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”. Forum Penelitian, 1(1) : 33-47
h.      Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal Dari Artikel Majalah atau Koran.
Nama penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan nomor halaman. Misal:
Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?”.Psychological Today, hal. 70.
i.        Cara Menulis Daftar Pustaka Dari Koran Tanpa Penulis
Nama Koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman. Misal:
Kompas, 18 maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hal. 41.
j.        Daftar Pustaka Dari Karya Terjemahan
Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu dikuti tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Misal:
Eangleton, Terry. 1988. Teori Sastra: Satu Pengenalan. Terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh. 2004. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
k.      Daftar Pustaka dari Skripsi, tesis, atau Disertasi
Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis, atau disertasi yang diapit dengan tanda kutip dikuti jenis karya ilmiah. Nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi. Misal:
Paramita, Pradnya. 2007. “Pengaruh Bioteknologi Pertanian Terhadap Proses Pematangan Tomat”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas 11 Maret.
l.        Daftar Pustaka Dari Internet
Nama penulis diikuti dengan tahun, judul karya yang diapit tanda kutip, diakhiri alamat sumber pustaka dan tanggal  akses. Misal:
Herusatoto. 2002. “Bioteknologi Pertanian” (online),
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2003. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Grasindo: Jakarta.
Dwiloka, Bambang. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Rineka Cipta: Jakarta.
Widodo, 2004. Cerdik Menyusun Proposal Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi. Magna Script: Jakarta.
Rohmadi, M. Dkk. 2008. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia di Indonesia di Perguruan Tinggi. Sebelas Maret University Press. Sukarta.